Sampul depan dan belakang buku 19 JMPS |
Beberapa penulis pun pada akhirnya
mengajukan judul tulisan pada team
redaksi Universal Nikko. Awalnya aku yakin ingin menulis tentang dunia yang
selama ini kugeluti—skenario, tapi aku juga tertarik untuk menulis sesuatu yang
lain. Sesuatu yang erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Jurus
Menulis Motivasi dari Kehidupan Sehari-hari menjadi judul tulisan yang akan aku
buat.
Sehari sebelum menulis naskah, aku
memikirkan terlebih dahulu poin-poin apa yang ingin aku tulis kembangkan dalam
tulisan. Maka kemudian jadilah outline sederhana dengan rancangan tulisan masih
hangat di otak kepala. Sebelum rancangan itu menjadi dingin, segera aku
tuliskan outline itu ke bentuk naskah.
Uniknya adalah ini kali pertama aku
mulai mengubah jadwal rutin menulisku, yang tadinya “tidak kenal waktu dan
tempat” sekarang menjadi lebih terarah. Kepindahanku ke tanah Kuningan Jawa
Barat dengan suami dan anak, memaksaku untuk membagi waktu dengan cerdas. Kalau
tidak, maka yang terjadi akan tumpang tindih antara pekerjaan menulis dengan
posisiku sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yang sekaligus mengurus baby sendiri.
Dini hari menjadi waktu yang pas untuk
memulai rutinitas aku sebagai penulis. Sekitar jam dua malam, aku mulai menulis
naskah jurus ini sambil ditemani tayangan televisi dengan sesekali berhenti
saat my baby boy merengek minta ASI,
hingga jam enam pagi. Setelah jam itu, aku berhenti menulis dan melakoni peran
sebagai IRT. Keesokan harinya, aku juga melakukan hal yang sama. Dua hari
berturut-turut aku menulis naskah sekaligus mengeditnya sendiri, barulah
kukirimkan ke e-mail penerbit.
Saat Dede Umay bangun, aku mengangkatnya dan memberikan ASI sambil mengetik. Hehehe |
Suasana sehabis shubuh, menjelang jam 6 sore. Ditemani suami dan anak, tapi mereka tidur. Hahaha |
Ada rasa senang dan yakin bahwa
tulisanku tidak akan mengalami banyak perubahan, karena tema yang kuangkat juga
sangat penting untuk para penulis—khususnya penulis pemula, yang ingin menulis
motivasi dari kehidupan sehari-hari. Tema ini tentu saja sangat penting untuk
siapapun. Terlebih untuk mereka yang membutuhkan semangat dalam menjalani
kehidupan ini.
Dari dua jurus yang aku tulis, satu
jurus adalah “jurus inti” yang harus difokuskan, yaitu: pelajari kejadian di
sekitar. Jurus ini mengajakmu untuk berpikir positif pada apapun masalah yang
terjadi di sekitar. Tanpa jurus ini, maka jurus yang lainnya tiada arti, karena
inti dari jurus dalam naskah ini adalah selalu membiarkan pikiran kita berada
dalam kepositifan.
Melihat dua jurus yang kutulis dan
berandai-andai jika aku menjadi seorang pendekar, maka aku menamakan
jurus-jurusku ini sebagai “Jurus Otak Nggak Konslet!” Hahaha. Kenapa? Karena
“otak nggak konslet” cenderung berpikir normal dan positif.
So, jangan ragu untuk memiliki buku 19
JMPS, karena selain di sana ada satu jurus menulis yang aku tulis, terdapat 18
jurus lagi dari banyak genre dalam kepenulisan fiksi dan non fiksi.